Selasa, 30 Oktober 2012

Cerita saja

Masku Yang Nakal [Part 2]

Mas Nakal
Kedua tangannya meremas-remas kedua payudaraku, ketika melumatnya terkadang kumis tipisnya yang menyambung dengan jenggotnya yang terasa kasar itu menggesek putingku menimbulkan sensasi geli yang nikmat. Lidahnya bergerak naik ke leherku dan mencupanginya sementara tangannya tetap memainkan payudaraku.
“Ouughh..maashh..aaghh..” Birahiku sudah benar-benar tinggi, nafasku juga sudah makin tak teratur, dia begitu lihai dalam bercinta, kurasa bukan pertama kalinya dia berselingkuh seperti ini. Aku merasa tidak dapat bertahan lebih lama lagi, frekuensi goyanganku kutambah, “
agh..maa.aa.asshh..hhmmppff” lalu aku mencium bibirnya. Tubuh kami terus berpacu sambil bermain lidah dengan liarnya sampai ludah kami menetes-netes di sekitar mulut, eranganku teredam oleh ciumannya. Mengetahui aku sudah mau keluar, dia menekan-nekan bahuku ke bawah sehingga penisnya menghujam makin dalam dan vaginaku makin terasa sesak. Tubuhku bergetar hebat dan “Maasshh..Ouugghhh..aarrgghh.. erngh..agh.. agh..agh..” jeritanku tak tertahankan lagi terdengar dari mulutku, perasaan itu berlangsung selama beberapa saat sampai akhirnya aku terkulai lemas dalam pelukannya. “Ough dik Citra…memekmu enak sekali dik…punya mas terasa seperti hisap dan diremas-remas…”
Dia menurunkanku dari pangkuannya, penisnya terlihat berkilauan karena basah oleh cairan cinta. Dibaringkannya tubuhku yang sudah lemas itu di sofa, lalu dia sodorkan gelas yang berisi teh itu padaku. Setelah minum beberapa teguk, aku merasa sedikit lebih segar, paling tidak pada tenggorokanku karena sudah kering waktu mendesah dan menjerit. Dasterku yang masih menggantung di perut dia lepaskan, sehingga kini aku bugil total. Sebelum tenagaku benar-benar pulih, Mas Tom sudah menindih tubuhku, aku hanya bisa pasrah saja ditindih tubuh tegapnya. Dengan lembut dia mengecup keningku, dari sana kecupannya turun ke pipi, hingga berhenti di bibir, mulut kami kembali saling berpagutan. Saat berciuman itulah, Mas Tom menempelkan penisnya pada vaginaku, lalu mendorongnya perlahan, dan aahh.. hhmmppff..mataku yang terpejam menikmati ciuman tiba-tiba terbelakak houghhhkk…waktu dia menghentakkan pinggulnya sehingga penis itu menusuk lebih dalam.
Kenikmatan ini pun berlanjut, aku sangat menikmati gesekan-gesekan pada dinding vaginaku. Buah dadaku saling bergesekan dengan dadanya yang sedikit berbulu, kedua paha rampingku kulingkarkan pada pinggangnya. Aku mendesah tak karuan sambil mengigiti jariku sendiri.
“ough..ough..ough..maasshh..agh..agh..yeah.. oouhg..” Sementara pinggulnya dihentak-hentakkan diatasku, mulutnya tak henti-hentinya melumat atau menjilati bibirku, wajahku jadi basah bukan saja oleh keringat, tapi juga oleh liurnya. Telinga dan leherku pun tak luput dari jilatannya, lalu dia angkat lengan kananku ke atas dan dia selipkan kepalanya di situ. Aahh.. ternyata dia sapukan bibir dan lidahnya di ketiakku yang halus tak berbulu itu, kumis kasar itu menggelitikku sehingga desahanku bercampur dengan ketawa geli.
“Ouughk..Uugghh..Maasshh.. aakkhh..aakkhh..aakkhgh !” aku kembali mencapai orgasme.
Vaginaku terasa semakin banjir, namun tak ada tanda-tanda dia akan segera keluar, dia terlihat sangat menikmati mimik wajahku yang sedang orgasme. “Oh dik Citra kamu cantik sekali dik..dan memekmu ini dik..luar biasa enak sekali..hmmff.. hegh..hegh..hegh!!” katanya sambil mencium dan bertukaran air liur dengan ku.
Suara kecipak cairan terdengar jelas setiap kali dia menghujamkan penisnya, cairanku sudah meleleh kemana-mana sampai membasahi sofa, untung sofanya dari bahan kulit, jadi mudah untuk membersihkan dan menghilangkan bekasnya. Tanpa melepas penisnya, Mas Tom bangkit dan setengah berlutut di antara kedua pahaku dan menaikkan kedua betisku ke pundaknya. Tanpa memberiku istirahat dia meneruskan mengocok kemaluanku, aku sudah tidak kuat lagi mengerang karena leherku terasa pegal, aku cuma bisa mengap-mengap seperti ikan di luar air. “agh..agh..agh..agh..oh iya terus paakkhh..agh..agh..” kini ku tahu kenapa mbak Ina sampai megap-megap waktu itu.
“Oouughhh..mash..hegh..hegh..udah mau.. Dik..Citra..!” desahnya dengan mempercepat kocokkannya.
“Ough iii..iyaa..massh..di..diluar..Mass..aa..aku..aghh. .uuhh..la..lagi subur” aku berusaha ngomong walau suaraku sudah putus-putus.
Posisi pinggulnya agak turun dan membebaskan kakiku. Hingga hentakannya yang semakin cepat dan keras, serta penisnya yang terasa mengeras dan dalam divaginaku membuat aku jadi melambung kembali dan mendapatkan orgasmeku yang kesekian kalinya.
”Ouughh..Mmaasshhh..a..a..akhuu..dapaatt…aaghkh. .aaghk..aagghh” saat aku orgasme tak sadar kaki ku sambil menjepit pinggangnya dan memeluk tubuh Mas Tom dengan eratnya ”Ooughh.. ddii. diik.. Cii.itra.. mas..juga.. maa..keel l..aargghh..” .Croot..croot..crot Ah kurasakan hangat spermanya muncrat didalam vaginaku, nikmat sekali..
”Ough mas..ouh..ouh..loh mas..yaaahh..mas..mas..kok ngeluarinnya didalam seh..” kataku tersadar klo mas ternyata mengeluarkan spermanya didalam vaginaku cukup banyak.”ouh..i.iiya dik…maafin mas yah..” katanya dengan wajah bersalahnya, sambil membelai rambutku dan mengecup bibirku.
Kusadari bukan salahnya sepenuhnya karena tadi pinggang dan badannya erat sekali dengan ku karena kupeluk jadi tidak ada kesempatan buat menarik diri.
Tapi karena sudah terlanjur, akhirnya kami terus berpelukan, kunikmati penisnya hingga tetesan sperma terakhir. Kemudian barulah dia menggelosoh ke sebelahku.
Lalu aku cepat-cepat lari ke kamar mandi dan jongkok untuk mengeluarkan spermanya dari vaginaku. Setelah sekitar 10 menitan dan aku sudah membasuh vaginaku, barulah aku keluar dan kembali ke kamar ruang tengah.
Kemudian sambil beristirahat kamipun jadi ngobrol agak lama. Lalu akupun pergi kedapur untuk mengambil minum yang sudah habis. Tapi baru saja menaruh gelas di atas meja dapur, tiba-tiba mas Tom memelukku dengan mesra dari belakang dan menciumi kuping dan pundakku, sambil tangannya menggerayangi kedua buah dadaku. “uugh..masshh..agh..” desahku. Kurasakan Penisnya yang sudah ngaceng berat menempel di belahan pantat ku.
“Dik Citra, lagi ya..mas mau dari belakang..” bisiknya dan segera ku-iyakan. Vaginaku yang memnag tokcer sudah langsung basah saja.
Kemudian aku menjengitkan pantatku dan membimbing penis mas ke vaginaku. Sleesshhpphh…”Ouughh..maashh..aagghh…” “ough iya sayang..nikmatnya kamu dik Citra..”
Penisnya mas Tom yang besar itu langsung menghujam didalam vaginaku. Lalu kugoyangkan sebisa-ku, sementara hentakan pinggul mas Tom semakin cepat dan yang berirama lama kelamaan tidak beraturan lagi.
Akupun mendesah tak karuan dan tak berapa lama orgasmeku mengejar kenikmatan dari penis mas Tom. “Maasshh…aakhhu…aaghh.aaaggkh…oh..oh” “Oh iya Citra ku sayang..ouh memekmu nikmat sekali sayangh”. Desahnya sambil tangannya terus mencengkram buah dadaku dan pinggulku.
Lalu karena lemas, aku tak kuat lagi berdiri, hingga akupun bersimpuh dilantai, dengan penis mas yang masih terus menancap di vagina ku. Dia kemudian meneruskan hujaman penisnya dari belakang dengan agak setengah kuda-kud, sementara kedua tangannya meremasin buah dadaku. “Ough maass.. aku sudah tak dapat lagi menahan kenikmatan yang terus dipompanya. Kemudian sebelah tangannya menjambak rambut panjangku dan menarik wajahku kearahnya sehingga dapat berciuman dengannya. Saat itu gayanya yang mulai kasar dan keras memberikan sensasi dan kenikmatan yang luar biasa, hingga tak berapa lama kemudian aku tak kuat menahan orgasmeku kembali.
’Oughh..mas..Cit..dapat..laggee..aaggkhh.. agh..” teriakku seiring gelombang orgasmeku.”Oh iya sayang, mas juga neh..mau keluaarr..” “jangan di.dhalam yah..masshh..oouuhh” kataku sambil mendesah.
Lalu cepat-cepat kemudian dia cabut dan sambil menarik rambutku untuk kehadapannya, disorongkannya ke wajahku, lalu dia tempelkan penisnya yang masih tegak dan basah di bibirku. Akupun memulai tugasku, kukulum dan kukocok dengan gencar sampai dia mengerang keras dan menjambak rambutku. Dan maninya keluar dengan deras membasahi wajahku, aku membuka mulutku menerima semprotannya. Setelah semprotannya mereda pun aku masih mengocok dan mengisap penisnya seolah tidak membiarkan setetespun tersisa. Batang itu kujilati hingga bersih, benda itu mulai menyusut pelan-pelan di mulutku. Kami berpelukan dengan tubuh lemas merenungi apa yang baru saja terjadi.
Lantai tempat tadi kami bercinta tadi basah oleh keringat dan cairan cintaku yang menetes disana. Masih dalam keadaan bugil, aku berjalan sempoyongan ke meja dapur mengambil kain lap dan segelas air putih. Waktu aku kembali ke ruang tengah, Mas Tom sedang mengancingkan lagi bajunya, lalu meneguk air yang tersisa di gelasnya.
“Wah Dik Citra ini benar-benar hebat ya, mbakmu aja gak sehebat kamu” pujinya yang hanya kutanggapi dengan senyum manis.
Setelah berpakaian lagi kami ngobrol sebentar, lalu dia pamitan, katanya mau menjemput mabk Ina dikampus. Aku pun mengantarnya ke pintu depan. Sebelum keluar pintu depan dia melihat kiri kanan dulu, setelah yakin tidak ada siapa-siapa dia memeluk dan kamipun berfrench kiss ria, sambil tangan kirinya meremas pantatku dan yang satunya meremas buah dadaku, lalu berpamitan.
“Lain kali kalo ada kesempatan kita main lagi yah Dik”
”Iya mas..nati lage loh, aku tagih loh” kataku sambil tersenyum manis.
“Dasar buaya darat, belum cukup punya apa sama mbka Ina, masih ngembat adiknya juga” kataku dalam hati.
Akhirnya aku pun mandi membersihkan tubuhku dari sperma, keringat, dan liur. Siraman air menyegarkan kembali tubuhku setelah seharian berolahraga dan berolahsyahwat. Beberapa menit sesudah aku selesai mandi, ibuku pun pulang. Beliau bilang wangi ruang tamunya enak sehingga kepenatannya agak berkurang, aku senyum-senyum saja karena ruang itu terutama sekitar ‘medan laga’ kami tadi telah kusemprot pengharum ruangan untuk menutupi aroma bekas persenggamaan tadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar