Kenikmatan Bersama Dua Pria [Part 1]
Aku adalah gadis berusia 19 tahun. kawan-kawan mengatakan aku cantik,
tinggi 170, kulit putih dengan rambut lurus sebahu. Aku termasuk
populer diantara kawan-kawan, pokoknya ‘gaul abis’. Namun demikian aku
masih mampu menjaga kesucianku sampai.. Suatu saat aku dan enam orang
kawan Susi (19), Andra (20), Kelvin (22), Vito (22), Toni (23) dan Andri
(20). menghabiskan liburan dengan menginap di villa keluarga Andri di
Puncak.
Susi walaupun tidak terlalu tinggi (160) memiliki tubuh padat dengan
kulit putih, sangat sexy apalagi dengan ukuran payudara 36b-nya, Susi
telah berpacaran cukup lama dengan Kelvin. Diantara kami bertiga Andra
yang paling cantik, tubuhnya sangat proporsi tidak heran kalau sang
pacar, Vito, sangat tergila-gila dengannya. Sementara aku, Andri dan
Toni masih ‘jomblo’. Andri yang berdarah India sebenarnya suka sama aku,
dia lumayan ganteng hanya saja bulu-bulu dadanya yang lebat terkadang
membuat aku ngeri, karenanya aku hanya menganggap dia tidak lebih dari
sekedar teman.
Acara ke Puncak kami mulai dengan ‘hang-out’ disalah satu kafe
terkenal di kota kami. Larut malam baru tiba di Puncak dan langsung
menyerbu kamar tidur, kami semua tidur dikamar lantai atas. Udara dingin
membuatku terbangun dan menyadari hanya Susi yang ada sementara Andra
entah kemana. Rasa haus membuatku beranjak menuju dapur untuk mengambil
minum. Sewaktu melewati kamar belakang dilantai bawah, telingaku
menangkap suara orang yang sedang bercakap-cakap. Kuintip dari celah
pintu yang tidak tertutup rapat, ternyata Vito dan Andra. Niat menegur
mereka aku urungkan, karena kulihat mereka sedang berciuman, awalnya
kecupan-kecupan lembut yang kemudian berubah menjadi lumatan-lumatan.
Keingintahuan akan kelanjutan adegan itu menahan langkahku menuju dapur.
Adegan ciuman itu bertambah ‘panas’ mereka saling memagut dan
berguling-gulingan, lidah Vito menjalar bagai bagai ular ketelinga dan
leher sementara tangannya menyusup kedalam t-shirt meremas-remas
payudara yang menyebabkan Andra mendesah-desah, suaranya desahannya
terdengar sangat sensual. Disibakkannya t-shirt Andra dan lidahnya
menjalar dan meliuk-liuk di putingnya, menghisap dan meremas-remas
payudara Andra. Setelah itu tangannya mulai merayap kebawah,
mengelus-elus bagian sensitif yang tertutup g-string. Vito berusaha
membuka penutup terakhir itu, tapi sepertinya Andra keberatan.
Lamat-lamat kudengan pembicaraan mereka.
“Jangan To” tolak Andra.
“Kenapa sayang” tanya Vito.
“Aku belum pernah.. gituan”
“Makanya dicoba sayang” bujuk Vito.
“Takut To” Andra beralasan.
“Ngga apa-apa kok” lanjut Vito membujuk
“Tapi To”
“Gini deh”, potong Vito, “Aku cium aja, kalau kamu ngga suka kita berhenti”
“Janji ya To” sahut Andra ingin meyakinkan.
“Janji” Vito meyakinkan Andra.
“Jangan To” tolak Andra.
“Kenapa sayang” tanya Vito.
“Aku belum pernah.. gituan”
“Makanya dicoba sayang” bujuk Vito.
“Takut To” Andra beralasan.
“Ngga apa-apa kok” lanjut Vito membujuk
“Tapi To”
“Gini deh”, potong Vito, “Aku cium aja, kalau kamu ngga suka kita berhenti”
“Janji ya To” sahut Andra ingin meyakinkan.
“Janji” Vito meyakinkan Andra.
Vito tidak membuang-buang waktu, ia membuka t-shirt dan celana
pendeknya dan kembali menikmati bukit kenikmatan Andra yang indah itu,
perlahan mulutnya merayap makin kebawah.. kebawah.. dan kebawah. Ia
mengecup-ngecup gundukan diantara paha sekaligus menarik turun g-string
Andra. Dengan hati-hati Vito membuka kedua paha Andra dan mulai mengecup
kewanitaannya disertai jilatan-jilatan. Tubuh Andra bergetar merasakan
lidah Vito.
“Agghh.. To.. oohh.. enakk.. Too”
Mendengar desahan Andra, Vito semakin menjadi-jadi, ia bahkan menghisap-hisap kewanitaan Andra dan meremas-remas payudaranya dengan liar. Hentakan-hentakan birahi sepertinya telah menguasai Andra, tubuhnya menggelinjang keras disertai desahan dan erangan yang tidak berkeputusan, tangannya mengusap-usap dan menarik-narik rambut Vito, seakan tidak ingin melepaskan kenikmatan yang ia rasakan.
“Agghh.. To.. oohh.. enakk.. Too”
Mendengar desahan Andra, Vito semakin menjadi-jadi, ia bahkan menghisap-hisap kewanitaan Andra dan meremas-remas payudaranya dengan liar. Hentakan-hentakan birahi sepertinya telah menguasai Andra, tubuhnya menggelinjang keras disertai desahan dan erangan yang tidak berkeputusan, tangannya mengusap-usap dan menarik-narik rambut Vito, seakan tidak ingin melepaskan kenikmatan yang ia rasakan.
Andra semakin membuka lebar kedua kakinya agar memudahkan mulut Vito
melahap kewanitaannya. Kepalanya mengeleng kekiri-kekanan, tangannya
menggapai-gapai, semua yang diraih dicengramnya kuat-kuat. Andra sudah
tenggelam dan setiap detik belalu semakin dalam ia menuju ke dasar
lautan birahi. Vito tahu persis apa yang harus dilakukan selanjutnya, ia
membuka CDnya dan merangkak naik keatas tubuh Andra. Mereka bergumul
dalam ketelanjangan yang berbalut birahi. Sesekali Vito di atas sesekali
dibawah disertai gerakan erotis pinggulnya, Andra tidak tinggal diam ia
melakukan juga yang sama. Kemaluan mereka saling beradu, menggesek, dan
menekan-nekan. Melihat itu semua membuat degup jantung berdetak kencang
dan bagian-bagian sensitif di tubuhku mengeras.. Aku mulai terjangkit
virus birahi mereka.
Vito kemudian mengangkat tubuhnya yang ditopang satu tangan,
sementara tangan lain memegang kejantannya. Vito mengarahkan
kejantanannya keselah-selah paha Anggie. “Jangan To, katanya cuma cium
aja” sergah Andra.
“Rileks An” bujuk Vito, sambil mengosok-gosok ujung penisnya di kewanitaan Andra.
“Tapi.. To.. oohh.. aahh” protes Andra tenggelam dalam desahannya sendiri.
“Nikmatin aja An”
“Ehh.. akkhh.. mpphh” Andra semakin mendesah
“Gitu An.. rileks.. nanti lebih enak lagi”
“He eh To.. eesshh”
“Enak An..?”
“Ehh.. enaakk To”
Aku benar-benar ternganga dibuatnya. Seumur hidup belum pernah aku melihat milik pria yang sebenarnya, apalagi adegan ‘live’ seperti itu.
“Rileks An” bujuk Vito, sambil mengosok-gosok ujung penisnya di kewanitaan Andra.
“Tapi.. To.. oohh.. aahh” protes Andra tenggelam dalam desahannya sendiri.
“Nikmatin aja An”
“Ehh.. akkhh.. mpphh” Andra semakin mendesah
“Gitu An.. rileks.. nanti lebih enak lagi”
“He eh To.. eesshh”
“Enak An..?”
“Ehh.. enaakk To”
Aku benar-benar ternganga dibuatnya. Seumur hidup belum pernah aku melihat milik pria yang sebenarnya, apalagi adegan ‘live’ seperti itu.
Tidak ada lagi protes apalagi penolakan hanya desahan kenikmatan Andra yang terdengar.
“Aku masukin ya An” pertanyaan yang tidak membutuhkan jawaban.
Vito langsung menekan pinggulnya, ujung kejantanannya tenggelam dalam kewanitaan Andra.
“Aakhh.. To.. eengghh” erang Andra cukup keras, membuat bulu-bulu ditubuhku meremang mendengarnya.
Vito lebih merunduk lagi dengan sikut menahan badan, perlahan pinggulnya bergerak turun naik serta mulutnya dengan rakus melumat payudara Andra.
“Teruss.. Too.. enak banget.. ohh.. isep yang kerass sayangg” Andra meracau.
“Aku suka sekali payudara kamu An.. mmhh”
“Aku juga suka kamu isep To.. ahh” Andra menyorongkan dadanya membuat Vito bertambah mudah melumatnya.
Bukan hanya Andra yang terayun-ayun gelombang birahi, aku yang melihat semua itu turut hanyut dibuatnya. Tanpa sadar aku mulai meremas-remas payudara dan memainkan putingku sendiri, membuat mataku terpejam-pejam merasakan nikmatnya.
“Aku masukin ya An” pertanyaan yang tidak membutuhkan jawaban.
Vito langsung menekan pinggulnya, ujung kejantanannya tenggelam dalam kewanitaan Andra.
“Aakhh.. To.. eengghh” erang Andra cukup keras, membuat bulu-bulu ditubuhku meremang mendengarnya.
Vito lebih merunduk lagi dengan sikut menahan badan, perlahan pinggulnya bergerak turun naik serta mulutnya dengan rakus melumat payudara Andra.
“Teruss.. Too.. enak banget.. ohh.. isep yang kerass sayangg” Andra meracau.
“Aku suka sekali payudara kamu An.. mmhh”
“Aku juga suka kamu isep To.. ahh” Andra menyorongkan dadanya membuat Vito bertambah mudah melumatnya.
Bukan hanya Andra yang terayun-ayun gelombang birahi, aku yang melihat semua itu turut hanyut dibuatnya. Tanpa sadar aku mulai meremas-remas payudara dan memainkan putingku sendiri, membuat mataku terpejam-pejam merasakan nikmatnya.
Vito tahu Andra sudah pada situasi ‘point of no return’, ia
merebahkan badannya menindih Andra dan memeluknya seraya melumat mulut,
leher dan telinga Andra dan.. kulihat Vito menekan pinggulnya, dapat
kubayangkan bagaimana kejantanannya melesak masuk ke dalam rongga
kenikmatan Andra.
“Auuwww.. To.. sakiitt” jerit Andra.
“Stop.. stop To”
“Rileks An.. supaya enak nanti” bujuk Vito, sambil terus menekan lebih dalam lagi.
“Sakit To.. pleasee.. jangan diterusin”
Terlambat.. seluruh kejantanan Vito telah terbenam di dalam rongga kenikmatan Andra. Beberapa saat Vito tidak bergerak, ia mengecup-ngecup leher, pundak dan akhirnya payudara Andra kembali jadi bulan-bulanan lidah dan mulutnya. Perlakuan Vito membuat birahi Andra terusik kembali, ia mulai melenguh dan mendesah-desah, lama kelamaan semakin menjadi-jadi. Bagian belakang tubuh Vito yang mulai dari punggung, pinggang sampai buah pantatnya tak luput dari remasan-remasan tangan Andra.
“Auuwww.. To.. sakiitt” jerit Andra.
“Stop.. stop To”
“Rileks An.. supaya enak nanti” bujuk Vito, sambil terus menekan lebih dalam lagi.
“Sakit To.. pleasee.. jangan diterusin”
Terlambat.. seluruh kejantanan Vito telah terbenam di dalam rongga kenikmatan Andra. Beberapa saat Vito tidak bergerak, ia mengecup-ngecup leher, pundak dan akhirnya payudara Andra kembali jadi bulan-bulanan lidah dan mulutnya. Perlakuan Vito membuat birahi Andra terusik kembali, ia mulai melenguh dan mendesah-desah, lama kelamaan semakin menjadi-jadi. Bagian belakang tubuh Vito yang mulai dari punggung, pinggang sampai buah pantatnya tak luput dari remasan-remasan tangan Andra.
Vito memahami sekali keadaan Andra, pinggulnya mulai digerakan
memutar perlahan sekali tapi mulutnya bertambah ganas melahap gundukan
daging Andra yang dihiasi puting kecil kemerah-merahan.
“Uhh.. ohh.. To” desah kenikmatan Andra, kakinya dibuka lebih melebar lagi.
Vito tidak menyia-nyiakan kesempatan ini dipercepat ritme gerakan pinggulnya.
“Agghh.. ohh.. terus Too” Andra meracau merasakan kejantanan Vito yang berputar-putar di kewanitaannya, kepalanya tengadah dengan mata terpejam, pinggulnya turut bergoyang. Merasakan gerakannya mendapat respon Vito tidak ragu lagi untuk menarik-memasukan batang kemaluannya.
“Aaauugghh.. sshh.. Too.. ohh.. Too” Andra tak kuasa lagi menahan luapan kenikmatan yang keluar begitu saya dari mulutnya.
“Uhh.. ohh.. To” desah kenikmatan Andra, kakinya dibuka lebih melebar lagi.
Vito tidak menyia-nyiakan kesempatan ini dipercepat ritme gerakan pinggulnya.
“Agghh.. ohh.. terus Too” Andra meracau merasakan kejantanan Vito yang berputar-putar di kewanitaannya, kepalanya tengadah dengan mata terpejam, pinggulnya turut bergoyang. Merasakan gerakannya mendapat respon Vito tidak ragu lagi untuk menarik-memasukan batang kemaluannya.
“Aaauugghh.. sshh.. Too.. ohh.. Too” Andra tak kuasa lagi menahan luapan kenikmatan yang keluar begitu saya dari mulutnya.
Pinggul Vito yang turun naik dan kaki Andra yang terbuka lebar
membuat darahku berdesir, menimbulkan denyut-denyut di bagian
sensitifku, kumasukan tangan kiri kebalik celana pendek dan CD. Tubuhku
bergetar begitu jari-jemariku meraba-raba kewanitaanku.
“Ssshh.. sshh” desisku tertahan manakala jari tengahku menyentuh bibir kemaluanku yang sudah basah, sesaat ‘life show’ Vito dan Andra terlupakan. Kesadaranku kembali begitu mendengar pekikan Andra.
“Adduuhh.. Too.. nikmat sekalii” Andra terbuai dalam birahinya yang menggebu-gebu.
“Nikmati An.. nikmati sepuas-puasnya”
“Ssshh.. ahh.. ohh.. ennaak Too”
“Punya kamu enaakk sekalii An.. uugghh”
“Ohh.. Too.. aku sayang kamu.. sshh” desah Andra seraya memeluk, pujian Vito rupanya membuat Andra lebih agresif, pantatnya bergoyang mengikuti irama hentakan-hentakan turun-naik pantat Vito.
“Enaak An.. terus goyang.. uhh.. eenngghh” merasakan goyangan Andra Vito semakin mempercepat hujaman-hujaman kejantanannya.
“Ahh.. aahh.. Too.. teruss.. sayaang” pekik Andra.
Semakin liar keduanya bergumul, keringat kenikmatan membanjir menyelimuti tubuh mereka.
“Too.. tekan sayangg.. uuhh.. aku mau ke.. kelu.. aarrghh” erang Andra.
Vito menekan pantatnya dalam-dalam dan tubuh keduanya pun mengejang. Gema erangan kenikmatan mereka memenuhi seantero kamar dan kemudian keduanya.. terkulai lemas.
“Ssshh.. sshh” desisku tertahan manakala jari tengahku menyentuh bibir kemaluanku yang sudah basah, sesaat ‘life show’ Vito dan Andra terlupakan. Kesadaranku kembali begitu mendengar pekikan Andra.
“Adduuhh.. Too.. nikmat sekalii” Andra terbuai dalam birahinya yang menggebu-gebu.
“Nikmati An.. nikmati sepuas-puasnya”
“Ssshh.. ahh.. ohh.. ennaak Too”
“Punya kamu enaakk sekalii An.. uugghh”
“Ohh.. Too.. aku sayang kamu.. sshh” desah Andra seraya memeluk, pujian Vito rupanya membuat Andra lebih agresif, pantatnya bergoyang mengikuti irama hentakan-hentakan turun-naik pantat Vito.
“Enaak An.. terus goyang.. uhh.. eenngghh” merasakan goyangan Andra Vito semakin mempercepat hujaman-hujaman kejantanannya.
“Ahh.. aahh.. Too.. teruss.. sayaang” pekik Andra.
Semakin liar keduanya bergumul, keringat kenikmatan membanjir menyelimuti tubuh mereka.
“Too.. tekan sayangg.. uuhh.. aku mau ke.. kelu.. aarrghh” erang Andra.
Vito menekan pantatnya dalam-dalam dan tubuh keduanya pun mengejang. Gema erangan kenikmatan mereka memenuhi seantero kamar dan kemudian keduanya.. terkulai lemas.
Dikamar aku gelisah mengingat-ingat kejadian yang baru saja kulihat,
bayang-bayang Vito menyetubuhi Andra begitu menguasai pikiranku. Tak
kuasa aku menahan tanganku untuk kembali mengusap-usap seluruh bagian
sensitif di tubuhku namun keberadaan Susi sangat mengganggu, menjelang
ayam berkokok barulah mataku terpejam. Dalam mimpi adegan itu muncul
kembali hanya saja bukan Andra yang sedang disetubuhi Vito tetapi
diriku.
Jam 10.00 pagi harinya kami jalan-jalan menghirup udara puncak,
sekalian membeli makanan dan cemilan sementara Susi dan Kelvin menunggu
villa. Belum lagi 15 menit meninggalkan villa perutku tiba-tiba mulas,
aku mencoba untuk bertahan, tidak berhasil, bergegas aku kembali ke
villa.
Selesai dari kamar mandi aku mencari Susi dan Kelvin, rupanya mereka
sedang di ruang TV dalam keadaan.. bugil. Lagi-lagi aku mendapat suguhan
‘live show’ yang spektakuler. Tubuh Susi setengah melonjor di sofa
dengan kaki menapak kelantai, Kelvin berlutut dilantai dengan badan
berada diantara kedua kaki Susi, Mulutnya mengulum-ngulum kewanitaan
Susi, tak lama kemudian Kelvin meletakan kedua tungkai kaki Susi
dibahunya dan kembali menyantap ‘segitiga venus’ yang semakin terpampang
dimukanya. Tak ayal lagi Susi berkelojotan diperlakukan seperti itu.
“Ssshh.. sshh.. aahh” desis Susi.
“Oohh.. Kel.. nikmat sekalii.. sayang”
“Gigit.. Kel.. pleasee.. gigitt”
“Auuwww.. pelan sayang gigitnyaa”
Melengkapi kenikmatan yang sedang melanda dirinya satu tangan Susi mencengkram kepala Kelvin, tangan lainnya meremas-remas payudara 36b-nya sendiri serta memilin putingnya.
“Oohh.. Kel.. nikmat sekalii.. sayang”
“Gigit.. Kel.. pleasee.. gigitt”
“Auuwww.. pelan sayang gigitnyaa”
Melengkapi kenikmatan yang sedang melanda dirinya satu tangan Susi mencengkram kepala Kelvin, tangan lainnya meremas-remas payudara 36b-nya sendiri serta memilin putingnya.
Beberapa saat kemudian mereka berganti posisi, Susi yang berlutut di
lantai, mulutnya mengulum kejantanan Kelvin, kepalanya turun naik,
tangannya mengocok-ngocok batang kenikmatan itu, sekali-kali dijilatnya
bagai menikmati es krim. Setiap gerakan kepala Susi sepertinya
memberikan sensasi yang luar biasa bagi Kelvin.
“Aaahh.. aauugghh.. teruss sayangg” desah Kelvin.
“Ohh.. sayangg.. enakk sekalii”
Suara desahan dan erangan membuat Susi tambah bernafsu melumat kejantanan Kelvin.
“Ohh.. Susii.. ngga tahann.. masukin sayangg” pinta Kelvin.
“Aaahh.. aauugghh.. teruss sayangg” desah Kelvin.
“Ohh.. sayangg.. enakk sekalii”
Suara desahan dan erangan membuat Susi tambah bernafsu melumat kejantanan Kelvin.
“Ohh.. Susii.. ngga tahann.. masukin sayangg” pinta Kelvin.
Susi menyudahi lumatannya dan beranjak keatas, berlutut disofa dengan
pinggul Kelvin berada diantara pahanya, tangannya menggapai batang
kenikmatan Kelvin, diarahkan kemulut kewanitaannya dan dibenamkan.
“Aaagghh” keduanya melenguh panjang merasakan kenikmatan gesekan pada
bagian sensitif mereka masing-masing. Dengan kedua tangan berpangku pada
pahanya Susi mulai menggerakan pinggulnya mundur maju, karuan saja
Kelvin mengeliat-geliat merasakan batangnya diurut-urut oleh kewanitaan
Susi. Sebaliknya, milik Kelvin yang menegang keras dirasakan oleh Susi
mengoyak-ngoyak dinding dan lorong kenikmatannya. Suara desahan, desisan
dan lenguhan saling bersaut manakala kedua insan itu sedang dirasuk
kenikmatan duniawi.
Tontonan itu membuat aku tidak dapat menahan keinginanku untuk
meraba-raba2 sekujur tubuhku, rasa gatal begitu merasuk kedalam
kemaluanku. Kutinggalkan ‘live show’ bergegas menuju kamar, kulampiaskan
birahiku dengan mengesek-gesekan bantal di kewanitaanku. Merasa tidak
puas kusingkap rok miniku, kuselipkan tanganku kedalam CD-ku
membelai-belai bulu-bulu tipis di permukaan kewanitaanku dan.. akhirnya
menyentuh klitorisku.
“Aaahh.. sshh.. eehh” desahku merasakan nikmatnya elusan-elusanku sendiri, jariku merayap tak terkendali ke bibir kemaluanku, membuka belahannya dan bermain-main ditempat yang mulai basah dengan cairan pelancar, manakala kenikmatan semakin membalut diriku tiba-tiba pintu terbuka.. Susi! masih dengan pakaian kusut menerobos masuk, untung aku masih memeluk bantal, sehingga kegiatan tanganku tidak terlihat olehnya.
“Ehh Ver.. kok ada disini, bukannya tadi ikut yang lain?” sapa Susi terkejut.
“Iya Si.. balik lagi.. perut mules”
“Aku suruh Kelvin beli obat ya”
“Ngga usah Si.. udah baikan kok”
“Yakin Ver?”
“Iya ngga apa-apa kok” jawabku meyakinkan Susi yang kemudian kembali ke ruang tengah setelah mengambil yang dibutuhkannya. Sirna sudah birahiku karena rasa kaget.
“Aaahh.. sshh.. eehh” desahku merasakan nikmatnya elusan-elusanku sendiri, jariku merayap tak terkendali ke bibir kemaluanku, membuka belahannya dan bermain-main ditempat yang mulai basah dengan cairan pelancar, manakala kenikmatan semakin membalut diriku tiba-tiba pintu terbuka.. Susi! masih dengan pakaian kusut menerobos masuk, untung aku masih memeluk bantal, sehingga kegiatan tanganku tidak terlihat olehnya.
“Ehh Ver.. kok ada disini, bukannya tadi ikut yang lain?” sapa Susi terkejut.
“Iya Si.. balik lagi.. perut mules”
“Aku suruh Kelvin beli obat ya”
“Ngga usah Si.. udah baikan kok”
“Yakin Ver?”
“Iya ngga apa-apa kok” jawabku meyakinkan Susi yang kemudian kembali ke ruang tengah setelah mengambil yang dibutuhkannya. Sirna sudah birahiku karena rasa kaget.
- Bersambung -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar